
Oleh AJENG KANIA
Libur telah tiba. Libur telah tiba. Hatiku gembira! Pekan ini, liburan panjang siswa sekolah dimulai. Selaras lirik lagu Tasya, liburan selalu ditunggu secara antusias oleh anak-anak.
Sekarang ini manusia modern cenderung menghabiskan waktunya untuk bekerja. Kecenderungan itu diakibatkan dinamika kehidupan bergerak cepat dan bersaing ketat. Manusia dipaksa terus-menerus memenuhi sejumlah ambisi demi menggapai materi dan gengsi yang merupakan tuntutan hidupnya.
Sama halnya orang dewasa, anak-anak sejak belia pun telah dikenalkan dengan kegiatan berjadwal ketat. Mereka harus bangun pagi, tiba di sekolah tepat waktu, berkonsentrasi belajar di kelas, mengerjakan berbagai tugas dan pekerjaan rumah, dan ikut sejumlah privat dan les. Pada akhir tahun pelajaran mereka dihadapkan pada ujian kenaikan kelas yang mengharuskan berpikir dan belajar ekstra.
Rutinitas tersebut tentu cukup menguras energi, konsentrasi, dan ketegangan, tak kalah dibandingkan dengan beban orang dewasa. Tak pelak, musim liburan tiba selalu disambut dengan hati riang dan sumringah. Mereka bakal melepas sejenak segala beban di pundaknya untuk kembali menikmati masa kanak-kanaknya yang tersita.
Fitrah anak
Sejatinya, liburan memberi kesempatan bagi anak-anak dari belenggu kejenuhan yang mendera mereka sebelumnya. Adalah tidak cerdas bila dalam liburan panjang ini akan-anak masih dibebani sisa pekerjaan sekolah, tugas-tugas, atau kegiatan lain yang bersifat serius memeras otak dan konsentrasi tinggi. Akan lebih arif jika memberi keleluasaan sesuai fitrah anak untuk dapat bermain, bergerak, dan mengekspresikan keceriaannya.
Bermain pada hakikatnya merupakan naluri anak-anak sebagai alat penyingkap bawah sadar, pelega emosi, dan media hiburan. Permainan seperti petak umpet, bebentengan, atau bola kaki, selain melatih keberanian dan menanamkan nilai kolektivitas, juga sangat baik bagi perkembangan motorik anak.
Hal penting bagi anak-anak, permainan membuat anak memperoleh ruang mengekspresikan luapan emosinya secara leluasa, seperti berjingkrak-jingkrak, berceloteh, saling bergurau, tertawa, dan ceria. Ekspresi keriangan ataupun teriakan spontanitas sesungguhnya amat baik untuk mengeluarkan segala bentuk unek-unek dan ganjalan yang menyumbat dirinya. Hal itu tidak didapat di lingkungan sekolah yang dibatasi waktu, aturan, dan jenjang sekat kelas.
Dalam liburan ini anak-anak dapat bermain dengan tidak lagi memandang batasan usia, kelas, ataupun asal-usul sekolah, tetapi terlibat dalam suasana asyik, riang, dan sukacita. Keceriaan yang dialami anak-anak membersitkan optimisme dan pertanda positif bahwa mereka tidak kehilangan masa kanak-kanak sebagai masa indah dan menyenangkan. Tentu ini selaras dengan pendapat Baden Powell (Bapak Pandu Dunia) bahwa Tuhan menciptakan kita dalam dunia indah ini untuk hidup bergembira dan bahagia.
Liburan yang edukatif
Esensi liburan adalah beristirahat untuk mendapatkan kesegaran. Namun, jika diisi hanya dengan tidur atau sekadar berbaring bermalasan bukan kesegaran yang didapat, melainkan rasa lemas dan loyo. Selain bermain dengan kawan sebaya, bagi orangtua yang mempunyai cukup dana, anak-anak dapat diajak berekreasi ke sejumlah obyek wisata. Orangtua jangan egois, tetapi seyogianya mendengar aspirasi anak dalam menentukan pilihan obyek wisata yang dituju.

Ada baiknya, lokasi wisata dipilih karena, selain sebagai sarana melepas penat, juga memberi pembelajaran edukatif dan inspiratif. Ini cukup positif dan secara tidak disadari menunjang kegiatan kurikuler di sekolah. Sebab, berdasarkan realitas, pembelajaran di kelas sering kali terkendala minimnya alat peraga sehingga ada beberapa materi tidak terjelaskan di kelas.
Dengan mengunjungi Kebun Raya Bogor, Taman Mini Indonesia Indah, atau minimal kebun binatang, anak-anak setidaknya mendapat pengayaan wawasan secara kasatmata tentang flora dan fauna serta khazanah budaya Indonesia.
Boleh juga dicoba obyek wisata natural alam pegunungan, seperti Ciwidey, Lembang, atau Dieng. Lingkungan hutan berkabut, udara dingin, serta situasi syahdu dan alami amat inspiratif bagi anak-anak untuk mencintai lingkungan. Anak-anak pun dapat mengikuti kegiatan implementatif yang atraktif, seperti menjelajah kebun teh, menjadi petani kecil yang menanam, merawat, dan memanen sayuran, memetik buah stroberi, dan mengikuti kegiatan luar ruang.
Tidak semua obyek wisata edukatif harus merogoh kocek tebal. Orangtua dapat menemani putra-putrinya memilih berkunjung ke museum. Biaya kunjungan ke museum tidak besar, bahkan banyak tidak mengenakan tiket masuk. Di Bandung terdapat sejumlah museum yang menarik dikunjungi, seperti Museum Geologi, Museum Sri Baduga, Museum Mandala Wangsit, Museum Konferensi Asia Afrika, Museum Pos dan Giro, atau Museum Arkeologi.
Selain menyimpan sejumlah koleksi benda bersejarah, museum tersebut juga dilengkapi buku panduan, buku indeks, leaflet, dan situs web. Selain itu, museum juga menyediakan literatur, menyelenggarakan pameran, dan menayangkan slide atau film. Selain menikmati, pengetahuan pun bertambah dan anak diajari berbagai kearifan masa lalu sebagai inspirasi kehidupan masa kini dan akan datang.
Mengisi liburan pun dapat dilakukan dengan mengajak anak-anak berjalan pagi dan berlari pagi bersama, menemani bermain layang-layang, atau mengunjungi lokasi perajin, petani, atau peternak di sekitarnya. Kegiatan yang terjadi di lokasi tersebut dapat menjadi pengalaman berharga bagi anak. Liburan pun dapat diisi dengan kegiatan yang melibatkan seluruh anggota keluarga di rumah, seperti membersihkan taman rumah, mencuci mobil, mengecat pagar, atau memasak di dapur.
Suasana hangat dan santai dapat menjalin ikatan emosional dalam keluarga lebih erat. Kegiatan rileks lainnya antara lain mengajak anak berkunjung ke mal, toko buku, dan pameran, atau menonton film dan pergelaran kesenian. Di samping itu, liburan pun dapat diisi dengan kegiatan membaca, yakni membaca buku-buku yang bersifat ringan, seperti dongeng, komik, atau humor.

Tentunya interaksi, kedekatan, dan keterbukaan melalui diskusi antara orangtua dan anak amat berharga sebagai wujud perhatian dan kasih sayang-suatu fenomena yang semakin langka dewasa ini. Akhirnya, liburan bukanlah ajang pemborosan anggaran atau memanjakan diri (bermalas-malasan). Liburan memberi dimensi kualitas, yakni memiliki aspek manfaat dalam mengendurkan urat saraf (stres), menambah wawasan dan pengalaman, membuat keluarga harmonis, dan sudah tentu menyenangkan, serta memberi kesegaran dalam memberi energi baru berupa optimisme memulai kembali bekerja.
Bagi anak-anak, liburan dapat memberi pengayaan wawasan dan pengalaman sehingga melahirkan spirit dan motivasi untuk kembali belajar semakin tekun, kompetitif, dan berprestasi. Semoga liburan Anda kian bermakna!
Penulis, Guru SDN Taruna Karya 04,
Kecamatan Cibiru, Kota Bandung
good...good bu guru
BalasHapusmeni seurieus pisan nya
kumaha pami hoyong libur aja...
BalasHapus